haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
Jelajahi wilayah terpencil Tibet di tengah gosip global

Jelajahi wilayah terpencil Tibet di tengah gosip global

Read Time:6 Minute, 47 Second

Dibarikade oleh Himalaya dari timur ke selatan, Tibet telah lama menjadi perhatian awak media sebagai bahan untuk dieksploitasi untuk liputan mereka.

Lhasa, Tibet (Antara) – Pagi-pagi sekali, Bandara Internasional Ibukota Beijing sangat ramai. Orang-orang dari berbagai arah datang ke aula keberangkatan.

Konter check-in berjejer dengan calon penumpang, meski bukan musim liburan.

Antrean semakin panjang, sementara petugas check-in di bandara terbesar kedua di ibu kota China itu belum juga tiba.

Ada satu loket yang kosong. Seseorang di meja memanggil dengan melambaikan tangan.

Jalur bebas jalur terkadang disediakan untuk pemegang paspor. Tentu saja, tuan rumah bisa berbahasa Inggris, tidak seperti counter lainnya.

“Apakah Anda memiliki surat undangan?” tanya counter writer tadi.

Pertanyaannya tidak hanya sangat mengejutkan. Tapi juga seperti terbangun dari mimpi, padahal tadi malam saya tidak bisa tidur nyenyak karena harus berangkat ke bandara pagi-pagi sekali.

Apakah karena paspor dicap dengan visa dan izin tinggal wartawan, sehingga staf loket meminta surat undangan?

Dia kemudian menjelaskan bahwa setiap warga negara asing yang ingin pergi ke Tibet harus menyerahkan surat undangan dari otoritas setempat.

Mereka tidak pernah dimintai surat undangan dua kali ke Xinjiang pada 2019 dan 2021, meski tidak didampingi pihak undangan atau aparat setempat saat check in.

Xinjiang dan Tibet adalah dua daerah otonom setingkat provinsi di China yang tidak hanya bisa dikunjungi oleh orang asing.

Petugas check-in di bandara Beijing masih menolak mengeluarkan boarding pass meski sudah ada beberapa model dari event organizer Xizang (Tibet) Development Forum.

Tidak perlu berdebat dan berdebat lagi dengan staf check-in counter maskapai terbesar China tersebut, apalagi jika melihat antrean di belakang mereka semakin panjang dan wajah-wajah tidak sabar.

Meski sudah dihubungi pihak yang diundang, para pejabat masih enggan mengeluarkan boarding pass untuk penerbangan dari Beijing ke Ningchi, sebuah kota kecil di tengah lembah di tenggara Tibet.

Tidak hanya jurnalis, beberapa diplomat dan akademisi asing juga mendapat perlakuan yang sama.

Maskapai ini bertemu sebentar dengan panitia penyelenggara forum, yang pada 16 Mei 2023 pagi di hari yang sama ingin berangkat ke Tibet bersama tamu asingnya.

Negosiasi singkat menghasilkan loket di area terpisah di aula kedatangan bandara yang diperuntukkan bagi delegasi asing berjumlah 35 orang dengan latar belakang diplomatik, jurnalistik, dan akademisi.

Tapi masalahnya belum selesai. Saat hendak memasuki security barrier, terjadi kesalahpahaman antara petugas bandara sendiri. Sampai-sampai delegasi terpaksa berpindah-pindah jalur pemeriksaan, karena ada sejumlah petugas yang terang-terangan menolak menjalankan tugasnya.

Disiplin dalam menjalankan tugas sangat dijunjung tinggi oleh Dinas di China dan setiap kesalahan harus diambil secara pribadi.

Inilah mengapa mereka menolak satu sama lain karena merasa tidak berdaya atau takut melakukan kesalahan ketika memeriksa beberapa warga negara asing yang hendak bepergian ke salah satu daerah sensitif China, yang mayoritas penduduknya beragama Budha.

Tentu saja, dalam imajinasi mereka, ada sanksi disiplin yang sangat berat jika mereka mengizinkan orang asing masuk ke wilayah yang sangat terbatas ini tanpa prosedur. Wakil Dubes RI untuk China Dino R. Kusnadi (tengah) berbicara dengan delegasi dari China di Lapangan Istana Potala, Kota Lhasa, Daerah Otonomi Tibet, 20 Mei 2023. Antara/M. Irfan Elmi


prioritas super
​​​​​

Selama beberapa bulan, otoritas China telah meningkatkan promosi pariwisata Tibet, termasuk pariwisata asing.

Namun, kejadian yang terjadi di meja check-in Bandara Beijing pada Selasa (16/5) dini hari menimbulkan keraguan atas dibukanya akses ke tempat kelahiran Dalai Lama tersebut.

Wilayah berpenduduk 3,6 juta jiwa ini menjadi sorotan di dunia Barat, khususnya terkait isu hak asasi manusia. Wilayah barat daya daratan Tiongkok yang luas, berbatasan langsung dengan Nepal, Putun, dan India, memiliki sejarah yang sangat panjang dan telah memberikan kontribusi besar dalam pembentukan peradaban Tiongkok.

Jauh sebelum berakhirnya perang saudara yang menandai berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 1949, Tibet adalah negara pertama yang ada.

Pada tahun 1950, setelah Tentara Pembebasan Rakyat China berhasil menguasai Tibet, terjadi negosiasi dengan pemerintah Dalai Lama ke-14 yang menegaskan kedaulatan Republik Rakyat China atas Tibet sebagai wilayah otonom.

Berstatus otonom, karena mayoritas wilayah tersebut merupakan etnis minoritas di China. Orang Tibet atau Tibet adalah etnis minoritas yang mendiami Daerah Otonomi Xizang. Demikian pula, Daerah Otonomi Xinjiang adalah rumah bagi minoritas Muslim Uyghur, Daerah Otonomi Mongolia Dalam adalah rumah bagi minoritas Mongolia, dan Daerah Otonomi Guangxi adalah rumah bagi mayoritas etnis minoritas Zhuang.

Di Tibet, Dalai Lama bukan hanya seorang pemimpin politik, tetapi juga seorang pemimpin spiritual.

Pada 10 Maret 1959, pemberontakan pecah di Lhasa, ibu kota Tibet, yang dipicu oleh gerakan revolusioner anti-Cina dan anti-komunis.

Pemberontakan menyebar ke berbagai wilayah di wilayah setingkat provinsi terbesar kedua di Tiongkok daratan.

Dalai Lama ke-14 melarikan diri ke Dharamsala di India dan mendirikan pemerintahan tandingan di Tibet.

Hingga saat ini, Dalai Lama ke-14 yang juga dikenal sebagai Tenzin Gyatso masih mengasingkan diri di India.

Pemimpin spiritual Tibet berusia 88 tahun itu adalah satu-satunya Dalai Lama yang mengunjungi dunia Barat.

Pada tahun 1989, Dalai Lama keempat belas dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian.

Tibet telah lama menjadi komoditas politik bagi Amerika Serikat dan sekutunya untuk menyerang China. Hal yang sama berlaku untuk kasus pelanggaran HAM terhadap etnis minoritas Muslim Uighur di Xinjiang. Baru-baru ini, isu penindasan kebebasan berekspresi di Hong Kong juga menjadi senjata bagi Amerika Serikat dan sekutunya dalam membendung pengaruh China di dunia global.

Saat ini, Xinjiang relatif lebih terbuka, terutama dalam empat hingga lima tahun terakhir seiring dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Begitu juga dengan Hong Kong, pasca ditangkapnya para aktivis yang menentang setiap kebijakan Beijing, situasi kembali normal.

Bagaimana dengan Tibet, yang dikatakan menawarkan akses mudah ke orang asing? Wartawan Antara berbicara dengan sesepuh etnis minoritas Tibet di lereng pegunungan Himalaya, Desa Chaxigang, Kabupaten Ningchi, Daerah Otonomi Tibet, China, 17 Mei 2023 (ANTARA/Koleksi Pribadi)

Jika melihat rumitnya proses keluarnya WNA ke Daerah Otonomi Khusus di China barat daya yang bernama resmi Xizang ini, sepertinya belum terungkap sepenuhnya. Memeriksa orang asing yang ingin pergi ke kota-kota di Tibet tidak semudah pergi ke Xinjiang.

Sejak pecahnya kerusuhan sosial di Lhasa pada 14 Maret 2008 atau lima bulan sebelum pembukaan Olimpiade Musim Panas Beijing, Tibet tidak membuka diri terhadap media asing. Kerusuhan yang kemudian merembet ke berbagai daerah dan menewaskan sedikitnya 400 orang itu memberi kesan bahwa Tibet adalah daerah yang terisolasi.

Ketegangan dengan India atas masalah perbatasan yang masih berlangsung telah menjadikan keamanan Tibet sebagai prioritas utama Beijing. Personil Tentara Pembebasan Rakyat yang bersenjata lengkap dapat ditemukan sedang mengunjungi tempat-tempat umum dan tempat-tempat wisata di Lhasa, ibu kota Tibet.

Banyak instalasi dan objek militer vital telah ditemukan di wilayah luar China. Lalu lintas kendaraan pengangkut logistik militer juga kerap terlihat di sekitar Bandara Internasional Gonggar, Lhasa.

Tibet adalah surga bagi para pelancong. Kawasan yang dijuluki “Atap Dunia” karena ketinggian rata-ratanya lebih dari 4.000 mdpl ini memiliki segudang pesona wisata, mulai dari wisata religi hingga wisata alam.

Istana Potala, tempat Dalai Lama memerintah selama beberapa generasi, dan Kuil Jokhang di Lhasa tidak pernah sepi pengunjung.

Pegunungan Himalaya di Tibet dapat didaki dari dua sisi, timur dan selatan. Namsha Barua di Distrik Nyingchi dan Kumulangma atau Gunung Everest di Distrik Shigatse. Kedua sisi puncak dipisahkan oleh jarak sekitar 650 kilometer, yang hampir sama dengan jarak Jakarta ke Madiun (Jawa Timur).

Dibarikade oleh Himalaya dari timur ke selatan, Tibet telah lama menjadi perhatian awak media sebagai bahan untuk dieksploitasi untuk liputan mereka.

Latar belakang sejarah dan situasi politik global membuat Beijing sangat berhati-hati dalam menghadapi Tibet. Namun, melalui Forum Pembangunan Tibet di Beijing pada 23 Mei 2023, yang didahului dengan kunjungan lapangan selama tujuh hari oleh 35 delegasi asing, otoritas China ingin menunjukkan bahwa program pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas rakyat Tibet belakangan ini tahun telah menunjukkan hasil.

Forum tersebut sempat lama ditunda karena sedianya digelar pada Oktober 2022, namun dibatalkan setelah gelombang baru kasus positif COVID-19 melanda Tibet.

Ekspo Pariwisata Tibet, yang diadakan setelah forum tersebut, telah menjadi terobosan baru dari rezim komunis yang dihasilkan oleh Kongres Nasional Kedua Puluh untuk melemahkan tuduhan isolasi.

Namun, upaya menghilangkan stigma tersebut membutuhkan bukti nyata dan keseriusan pemerintahan Xi Jinping dalam lima tahun ke depan, terutama untuk mengakhiri era isolasi Tibet karena hanya beberapa media yang memiliki akses ke kawasan ini yang menjadi bahan pergunjingan internasional.

Editor: Masukkan M. Astro
Hak Cipta © Bean 2023

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Kelly dan Abraham memberi penghormatan pada Festival Slamdunk di Indonesia Previous post Kelly dan Abraham memberi penghormatan pada Festival Slamdunk di Indonesia
Sabtu malam DKI akan berawan Next post Sabtu malam DKI akan berawan