haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
haha69
Dadang berjuang agar anaknya tidak kerdil dengan membangun rumah yang layak huni

Dadang berjuang agar anaknya tidak kerdil dengan membangun rumah yang layak huni

Read Time:6 Minute, 2 Second

Pengakuan sang anak langsung membangkitkan semangat juang Dadang untuk bekerja lebih giat demi memiliki rumah yang nyaman.

Jakarta (Antara) – Dadang (43 tahun), warga Desa Rimpa Palai, Kecamatan Banewasin III, Kabupaten Banewasin, Sumatera Selatan, membutuhkan waktu dua tahun untuk bisa menghadirkan rumah yang bersih, hangat, dan nyaman untuk ditinggali keluarganya. di dalam.

Selama ini, Dadang makan dan tidur di sebuah rumah kecil yang dindingnya terbuat dari kayu dan atapnya ditutupi daun kelapa kering berwarna coklat.

Di depan pagar kayu putih dibangun menjadi pembatas rumah dengan jalan masuk. sedangkan di sisi kanan tumbuh banyak pohon kecil berwarna hijau dan di bawahnya terdapat tanah berwarna coklat agak kering dengan sumber air yang agak keruh.

Karena tidak memiliki mobil, untuk menuju jalan desa, Dadang dan warga lainnya harus berjalan kaki menyusuri Jalan Kaewagong-Palembang-Betong yang masih dalam tahap pembangunan.

Di sana ia tinggal bersama mertuanya, Rica istrinya (26), dan putra mereka yang berusia dua tahun. Sementara itu, anak tertua berusia sembilan tahun terpaksa tinggal bersama saudaranya di tempat lain karena mengaku tidak nyaman tinggal di sana.

Jo Tempat tinggal Dadang di Rimba Palai, Banyuasin, Sumatera Selatan. ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti Dadang mengatakan, salah satu penyebab anak tidak betah hidup adalah kurangnya sumber air dan sanitasi yang baik. Saat berada di antara Antara, air di kamar mandi warga yang digunakan untuk buang air kecil terlihat keruh dan sedikit berbau.

Dia membenarkan hal ini dengan mengatakan bahwa dia harus mengeluarkan 8000 rupee untuk membeli satu galon air minum bersih. Tapi galon air langsung habis dalam semalam. Sedangkan untuk keperluan lain, misalnya untuk mencuci pakaian atau mandi, keluarga menggunakan air dari sumur terdekat.

Pengakuan sang anak langsung membangkitkan semangat juang Dadang untuk bekerja lebih giat demi memiliki rumah yang nyaman. Apalagi setelah mendengar himbauan pemerintah yang menggemakan risiko anak-anak terhambat oleh air kotor dan rumah yang tidak bersih.

Dari melibas pohon karet di lahan seluas satu hektar per hari, seorang Dadang bisa mendapat penghasilan Rp 300.000. Namun terkadang uangnya dibagi dua dengan pemilik kebun dan dia tidak selalu mendapatkannya karena usahanya sangat bergantung pada kondisi cuaca.

Jika hujan, pekerjaan harus dihentikan karena getah karet terlalu banyak mengalir dan karet di pohon mengeras. Akibatnya, tidak ada uang untuk dia dapatkan.

Dapatkan bantuan di rumah

Dadang tidak pernah menyerah, dan akhirnya pendapatannya yang tidak tetap itu ditipu dengan bekerja serabutan siang dan malam di tempat lain, meskipun dia tidak pernah bekerja di luar asuhan yang sama. Selama hasil pekerjaannya sah, dia akan menerima pekerjaan itu.

Sampai suatu hari kepala desa datang dan mengatakan jika dia terpilih untuk menerima bantuan Program Bedah Rumah bagi keluarga yang beresiko stunting. Ia bersyukur mengetahui akan mendapatkan rumah berukuran 10 x 15 meter dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dengan air bersih dan 1 ruang tamu.

Dadang mengatakan, kepala desa berusaha membantunya mendapatkan bantuan melalui data keluarganya yang terdaftar di Internet Dengan nama, dengan judul Dalam pemerintahan sebagai syarat penerima manfaat.

Semua persyaratan diurus sampai selesai oleh kepala desa dan perangkatnya. Dari segi biaya pembangunan, Dadang bisa mendapatkan rumah tersebut secara gratis karena biaya bahan bangunannya berasal dari kerjasama 14 perusahaan sebagai bentuk CSR dengan Bupati Banyuasin Askolani sendiri.

Dadang hanya perlu membayar harga tanah Rp 10 juta. Meski masih ada harga yang harus dibayar, dia tidak keberatan. Kepala desa menjelaskan bahwa tanah tersebut dapat dilunasi sesuai dengan kemampuan keluarga dan tidak ada batasan waktu untuk pembayarannya.

Jadi, dalam sekali bayar, uang yang Dadang keluarkan adalah 400.000 rupiah, dan bisa lebih jika sewaktu-waktu ada rezeki. Hanya dalam dua tahun, dia mampu melunasi tanah itu secara kasar.

Saat Antara menyambangi rumah barunya Kamis (6/7) lalu, rumah tersebut hampir rampung. Dadang bisa mandi di sana. Berbagai barang pribadi seperti stereo antik dan sajadah diletakkan di depan kamar tidur.

Kini ia berharap rumah yang ditinggalinya akan berubin dan interiornya dihias dengan aksen warna-warni beserta furnitur yang berbeda, agar ia dan keluarga mudanya bisa segera tinggal di dalamnya.

“Saya tidak tahu kapan rumah ini selesai, tapi saya menunggu cepat ditempati. Sertifikat rumah akan diserahkan nanti,” ujarnya penuh harap.

Bantuan akan didistribusikan secara merata

Menanggapi cerita Dadang, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Sumsel Pasyaruddin Ahmed mengatakan, program bedah rumah ditargetkan 100 unit akan dibangun di bawah Skema Perumahan Keluarga Berencana Rimba Balai (Kampung KB) dan dijadwalkan selesai pada akhir tahun. .

Rumah Dadang merupakan salah satu dari 30 rumah tahap pertama yang berhasil dibangun hingga saat ini.

Program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa selain gizi buruk kronis dari segi kesehatan, dari segi tempat tinggal, stunting juga dapat terjadi karena seringnya terjadi infeksi akibat anak tidak memiliki akses air bersih atau sanitasi yang kurang baik.

Basyarudin juga menjelaskan bahwa untuk menentukan penerima manfaat terpilih, pemerintah terlebih dahulu harus mempertimbangkan dan mensurvei data dan kondisi rumah tangga dalam data pendataan rumah tangga (PK) saat ini, salah satu syaratnya adalah belum ada pendapatan yang stabil (Tidak ada pendapatan tetap) atau yang anggotanya diketahui berisiko mengalami stunting.

Nantinya, mereka yang terpilih bisa mengangsur melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) tanpa tanggal atau batas waktu pembayaran yang pasti.

Kondisi rumah bagi keluarga yang berisiko kerdil “Rimba Palai” masih dalam tahap pembangunan. Penduduk Antara/Hriluita Dharma Shanti di kabupaten lain, seperti Lobok Lingau, Musi Rawas, dan Bagar Alam, mengalami regenerasi keluarga yang berisiko kerdil. Kemudian selain petani karet, ia menyebutkan jenis pekerjaan yang mendapat bantuan serupa antara lain penyapu jalan, perawat kerbau, guru honorer dan pegiat olahraga.

Dalam proses pembangunan air dan listrik di kawasan sekitar, Pesiarodin menegaskan pihaknya akan terus berkoordinasi lebih dalam dengan pihak PSU (Utilities and Utilities Infrastructure) terkait perbaikan jalan tol, tarif air limbah, dan pengelolaan limbah.

Bupati Paniwasin Ascolani juga menanggapi bahwa Rimba Palai adalah proyek percontohan pertama untuk membantu keluarga yang berisiko kerdil di kabupatennya. Rencananya, program yang sama akan digelar di seluruh kabupaten di Banyuasin.

Bahkan satu persen uang yang digunakan untuk membangun rumah warga tidak mengambil uang APBD, melainkan digabung dengan 14 perusahaan dengan nilai nominal Rp 735 juta.

Ascolani juga menegaskan, baik dia maupun pemerintah Sumsel tidak memotong gaji pegawai negeri sebagai bentuk paksaan untuk ikut menanggulangi dwarfisme. Bahkan, ada pihak lain yang secara sukarela membantu agar setiap anak tumbuh sehat.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Warduyo yang juga meninjau bedah rumah menambahkan, berdasarkan data DTKS 2020, terdapat 30.284 unit rumah tidak layak huni (RTLH) di Banywasin. Hingga tahun 2022, sebanyak 10.851 unit telah ditangani oleh RLTH.

Adanya program bedah rumah sangat membantu pemerintah pusat khususnya dalam mensosialisasikan pentingnya ketersediaan air bersih agar anak-anak tidak mudah terserang penyakit seperti diare yang disebabkan oleh bakteri. Escherichia coli atau Escherichia coli.

Hasto bersyukur melalui program ini, air yang digunakan keluarga berisiko stunting di rumah bisa berkualitas baik.

Keluarga juga memiliki tempat untuk menimbun air, baik dari sumur, sungai, atau mata air terdekat untuk saat bangsa ini mulai mengalami kemungkinan kekeringan akibat El Nino.

Meski mendapat bantuan, Hasto meminta warga tetap menjaga lingkungan dan akses air bersih. Cara ini bisa sangat membantu keluarga agar tidak kesulitan mencari air bersih di kemudian hari sekaligus mencegah pertumbuhan anak terhambat.

“Tolong jaga persediaan air minum kalian baik-baik. Jangan digunakan untuk mandi, cuci, buang air besar (MCK). Ini pesan saya.”

Jika ini dilakukan, kata dia, banyak anak yang terkena diare dan sulit mencegah anak dari stunting.

Editor: Ahmad Zainal M
Hak Cipta © Bean 2023

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Raksasa teknologi China meluncurkan AI baru dengan tiga skenario Previous post Raksasa teknologi China meluncurkan AI baru dengan tiga skenario
Diskusi yang akrab dan akrab dengan Prabowo, tiga jam dengan Mohsen Next post Diskusi yang akrab dan akrab dengan Prabowo, tiga jam dengan Mohsen